SEJARAH KELURAHAN MADYOPURO

MADYOPURO

 

Sebagai sebuah kelurahan, kota malang sebelah timur yang terhimpun dari 3 daerah lama yang sudah ada sejak Jaman Mojopahit.

Dukuh Ngadipuro sebagai pusat perdukuhan, Glendang Pakem dan Gribig dikelilingi pedukuhan kuno yang dinamakan Sekarpuro, Keduyo.

Sebelah barat dibataasi dukuh Sonosari (sekarang Lesanpuro, cq Gribig Cilik).

Penamaan ini sudah ada sejak jaman Majapahit akhir, terbukti diseputaran makam Ngadipuro Lor ditemukan peninggalan atau situs yang berwujud Lumpang atau Punden Berundak dan unsur penamaan bahwa daerah tersebut dinamakan Sekarpuro. Yang merupakan tanda bahw pada jaman dulu daerah tersebut merupakan pusat kedaton atau sekar kedaton, dimungkinkan juga merupakan tempat singgasana dari Raja Bhre WIRABUMI YANG KONON MERUPAKAN (menikah dengan Wirakramawardhana) kerajaan bawahan Mojopahit. Ngadipuro sendiri merupakan daerah dengan kebudayaan yang cukup lama.

Pada perkembangannya, Ngadipuro sebagai suatu daerah agraris yang strategis merupakan desa yang menjadi pusat pemerintahan pada saat itu.

Asal kata Ngadipuro : Ngadi Puro = Pusat Kebudayaan

 

Toponomi Daerah Glendang Pakem :

Glendang : Kosong

Pakem : Tumbuhan (= kluwek)

Jauh sebelum penanaman masal tumbuhan asem, sebelumnya adalah pule, keduyo, klampisan

Karena memang dari awal merupakan daerah priyayi ..

 

1358-1500 merupakan masa akhir, madyopuro sudah ada kebudayaan.

 

Penyebutan Gribig :

Asal dari kata grebeg-i atau ngrameni, pertunjukan atau keramaian. Atau lebih jauh lagi adalah syiar agama Islam yang pertama kali massuk malang raya, dengan bukti adanya Makam Ki Ageng Gribig. Ada juga yang mengatakan atau menunjuk pada wujud atap rumah warga yang asalnya adalah ijuk. Belahan bambu diisi dengan ijuk disebut gibig.